Mengalami stres dan depresi berkepanjangan dapat memicu penyakit jantung. Menurut dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Harapan Kita, dr Santoso Karo Karo, Sp.JP, MPH, stres memiliki hubungan erat dengan penyakit jantung.
Orang yang kerap alami stres, dua kali lipat lebih berisiko terkena serangan jantung. Maka itu, jangan sepelekan stres yang sering dialami.
“Berdasarkan penelitian Friedman and Roseman, orang dengan tipe A, yaitu orang yang cenderung memiliki sifat kompetitif, tidak sabaran, agresif, dan mudah marah cenderung untuk lebih mudah mengalami stres,” kata dr Santoso saat ditemui di Kantor Yayasan Jantung Indonesia, Menteng, Jakarta.
Tak hanya itu, pola hidup dan kerja yang penuh stres karena manajemen waktu buruk, juga dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Kondisi ini bisa menyebabkan sesak di dada atau angina pektoris. Hal ini juga dapat meningkatkan tekanan darah yang mengakibatkan cedera pada dinding arteri dan pembentukan bekuan dalam pembuluh darah.
Pada beberapa penelitian terakhir, ditemukan adanya hubungan antara stres dan perubahan dalam kadar kolesterol total. Kondisi ini secara nyata menunjukkan peningkatan pesat dalam kadar lemak darah. Stres juga meningkatkan produksi molekul inflamasi yang juga bisa berujung pada penyumbatan pembuluh darah. Meski tidak bisa dihindari, namun stres bisa dikelola sehingga tidak berakibat buruk. Anda mengurangi stres dengan memiliki hobi. Cara ini bisa mengubah kebiasaan terburu-buru dan mudah marah yang merupakan 'cikal bakal' dari stres.
Penderita penyakit jantung di Indonesia maupun di berbagai negara, kini semakin muda. Karena itu, para ahli menyeru masyarakat mengurangi stres agar tak terkena penyakit mematikan itu.
Seruan agar tidak stres itu menjadi fokus peringatan Hari Jantung Dunia pada tahun 2010 ini. Tema tahun ini adalah "Saya Bekerja dengan Jantung Sehat".
"Kami melihat rutinitas sehari-hari atau kesibukan kantor bisa mengaburkan kesadaran ini. Satu-satunya cara adalah kemampuan mengelola waktu dengan lebih baik, sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa menimbulkan stres berlebih, di samping tentu berperilaku hidup sehat," kata Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI), dr Dewi Andang Joesoef, di Jakarta.
Tema "Saya Bekerja dengan Jantung Sehat", kata Dewi, didasari kecenderungan usia penderita jantung yang semakin muda. Angka insiden yang menimpa professional muda berusia 30-an tahun, kata dia, semakin banyak. "Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia," katanya.
Hingga kini, penyakit jantung dan pembuluh darah, masih tetap menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Setiap dua detik, penyakit ini membunuh sedikitnya satu orang.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 17,5 juta orang meninggal akibat penyakit jantung pada tahun 2005. WHO memprediksi angka ini menjadi 20 juta pada tahun 2015.
Selain mematikan, penyakit jantung berbahaya karena penderitanya sering tidak menyadari gejalanya. "Sekitar 40 persen orang yang meninggal karena penyakit jantung tidak memiliki keluhan apa pun," kata ahli penyakit jantung dari Universitas Indonesia, dr Santoso Karo Karo, SpJP MPH.
Tipe A
Santoso mengingatkan, orang dengan kepribadian Tipe A lebih banyak terkena penyakit jantung dibanding orang dengan tipe kepribadian lainnya. Orang berkepribadian Tipe A ini adalah orang yang cenderung memiliki sifat kompetitif, tidak sabaran, agresif, dan murah marah
Berdasarkan penelitian Friedman dan Roseman, orang berkepribadian Tipe A sering terkena nyeri dada atau angine pectoris. Dan, "Pola hidup dan kerja yang penuh stres karena manajemen waktu yang buruk, bukan tidak mungkin meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah yang sering dirasakan sebagai nyeri dada," katanya.
Stres, kata Santoso, dapat meningkatkan tekanan darah yang mengakibatkan cedera pada dinding arteri serta berandil pada pembentukan bekuan dalam pembuluh darah. Beberapa penelitian terakhir mendapati, pada orang stress ada peningkatan pesat kadar lemak darah yang mengganggu mekanisme pembersihan lemah tubuh.
"Stres diketahui meningkatkan produksi molekul inflamasi yang juga meningkatkan lipid breakdown," kata Santoso.
Kemacetan
Santoso juga memberi peringatan kepada orang yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta yang sering dilanda kemacetan. Pasalnya, kemacetan parah mengakibatkan stres, membuat seseorang berisiko tiga kali lebih tinggi terkena serangan jantung. "Sekitar 60 persen orang yang terkena serangan jantung punya stress," katanya.
Agar terhindar dari serangan jantung, Santoso mengajak masyarakat menerapkan hidup "SEHAT" (lihat boks). Selain itu, memantau indeks massa tubuh, memantau kadar gula darah dan mengecek kadar kolesterol enam bulan sekali. Tekanan darah perlu dijaga tetap di bawah 140/90.
Untuk aktivitas fisik, Santoso menyarankan olahraga ringan berupa jalan kaki 30-45 menit, lima kali sepekan. "Atau dapat dengan mengukur jumlah langkah tiap hari, yakni sekitar 3.500-7.500 langkah bagi orang tua --jika tidak ada keluhan-- dan 10.000 langkah bagi orang muda. Namun, jika ada keluhan, hentikan olahraga, karena itu ada yang salah (dengan kesehatannya)," Paparnya.
Tips Mencegah Penyakit Jantung:
- Seimbangkan gizi
- Enyahkan rokok
- Hadapi dan atasi stres
- Awasi tekanan darah
- Teratur berolahraga. (www.suarmedia.com)
0 komentar disini kalau suka...:
Posting Komentar