Perusahaan sekuritas Syantec mengingatkan risiko adanya antivirus palsu bagi pengguna fasilitas Wi-Fi di ranah publik.
Dalam sebuah artikel yang terpampang di situs perusahaan tersebut, salah seorang teknisi senior perangkat lunak Nick Johnston menulis bahwa fasilitas internet di tempat umum juga dapat dibobol peretas. Dalam artikel tersebut, dia mengaku menemukan sebuah terminal di bandara besar di Inggris yang sistem pengamanannya ternyata menggunakan antivirus palsu alias "scareware".
Scareware adalah jenis malware atau peretas yang dapat memaksa pengguna komputer teinfeksi untuk menggunakan versi lengkap peranti lunak yang dapat membasmi virus fiktif. "Dia akan menonaktifkan atau menghapus perangkat lunak antivirus yang sah sehingga menyebabkan Windows Security Center memberikan peringatan bahwa ada software antivirus yang sedang diinstal," kata Johnston.
Antivirus fiktif ini, menurut dia, lebih berbahaya ketimbang malware itu sendiri karena kedatangannya tersembunyi dan tidak dapat dideteksi. "Secara diam-diam software ini menangkap input pengguna," katanya. Artinya, lanjut Johnston, software itu juga bisa menggunakan username dan password pengguna sehingga dapat mengakses jadwal penerbangan, rekening bank, akun email, jejaring media sosial, sampai rekening pribadi.
Mengakses internet melalui fasilitas Wi-Fi pada wilayah publik memang sangat berisiko karena pengguna tidak mengetahui siapa yang menyediakan hot spot dan seberapa luas jaringannya.
(www.tempointeraktif.com)
Dalam sebuah artikel yang terpampang di situs perusahaan tersebut, salah seorang teknisi senior perangkat lunak Nick Johnston menulis bahwa fasilitas internet di tempat umum juga dapat dibobol peretas. Dalam artikel tersebut, dia mengaku menemukan sebuah terminal di bandara besar di Inggris yang sistem pengamanannya ternyata menggunakan antivirus palsu alias "scareware".
Scareware adalah jenis malware atau peretas yang dapat memaksa pengguna komputer teinfeksi untuk menggunakan versi lengkap peranti lunak yang dapat membasmi virus fiktif. "Dia akan menonaktifkan atau menghapus perangkat lunak antivirus yang sah sehingga menyebabkan Windows Security Center memberikan peringatan bahwa ada software antivirus yang sedang diinstal," kata Johnston.
Antivirus fiktif ini, menurut dia, lebih berbahaya ketimbang malware itu sendiri karena kedatangannya tersembunyi dan tidak dapat dideteksi. "Secara diam-diam software ini menangkap input pengguna," katanya. Artinya, lanjut Johnston, software itu juga bisa menggunakan username dan password pengguna sehingga dapat mengakses jadwal penerbangan, rekening bank, akun email, jejaring media sosial, sampai rekening pribadi.
Mengakses internet melalui fasilitas Wi-Fi pada wilayah publik memang sangat berisiko karena pengguna tidak mengetahui siapa yang menyediakan hot spot dan seberapa luas jaringannya.
(www.tempointeraktif.com)
0 komentar disini kalau suka...:
Posting Komentar